Sunday, February 22, 2009

KIRTERIA PELUANG USAHA YANG LAYAK DIJALANKAN

Sangat mungkin ada banyak peluang usaha yang lewat di depan kita. Tapi apakah semua peluang itu cukup layak untuk kita ambil? Apakah cukup menguntungkan bila kita perjuangkan? Atau malah membuang-buang waktu kita saja?

Tentunya tidak semua peluang usaha itu tepat buat kita. Bagi orang lain, mungkin peluang itu bisa sangat menguntungkan, tapi belum tentu buat kita. Atau bisa saja buat orang lain peluang itu merugikan, tapi buat kita justru sangat menguntungkan.

Seorang wirausahawan yang berhasil adalah ia yang mampu memilih peluang-peluang yang tepat dan memanfaatkannya juga secara tepat. Soal tepat atau tidaknya pilihan dan cara memanfaatkan peluang, tentu tidak selalu sama bagi setiap orang. Hal ini akan sangat tergantung dari karakteristik, situasi, dan kondisi masing-masing.

Meski demikian, saya kira ada kriteria-kriteria tertentu yang bersifat umum untuk menentukan apakah sebuah peluang cukup tepat atau tidak untuk bisa anda jalankan. Setidaknya ada hal yang bisa kita jadikan tolak ukur dalam menilai kelayakan sebuah peluang usaha secara sederhana. Bebarapa kriteria tersebut antara lain:

1. Peluang usaha itu berada dalam bidang yang kita sukai

Maksud saya, bila anda sangat senang memancing, misalnya, bahkan anda rela menghabiskan banyak waktu untuk hobi anda itu, tiba-tiba ada yang menawari anda usaha kolam pancing. Bila anda menyambut tawaran kerja sama itu, sangat mungkin anda akan bekerja dengan penuh antusiasme. Dengan mengerjakan pekerjaan yang memang kita sukai,sesungguhnya kita mempunyai faktor penting bagi kesuksesan sebuah usaha, yaitu passion, gairah yang memompa antusiasme dan semangat kerja yang tinggi.

2. Peluang usaha itu berada dalam bidang yang anda kuasai
Keahlian bisa kita peroleh dari latar belakang pendidikan kita, atau dari pengalaman kita, atau lebih baik lagi, dari kedua-duanya. Peluang usaha bengkel motor, misalnya, sangat baik untuk lulusan teknik automotif atau mereka yang pernah bekerja di bengkel motor lain; usaha klinik jelas baik untuk dijalankan oleh para lulusan kedokteran, atau mereka yang pernah bekerja di manajemen sebuah rumah sakit. Dengan menjalankan usaha yang memang kita kuasai, sudah pasti kita cukup tau banyak tentang seluk beluk usaha tersebut dan juga cara menghadapi berbagai persoalan yang muncul.

3. Kebutuhan masyarakat cukup tinggi
Kalau anda bermaksud menggarap pasar lokal, cobalah untuk mengukur tingkat kebutuhan konsumen di wilayah bisnis anda terhadap produk atau jasa yang akan anda jual. Misalnya, anda tertarik untuk membuka apotik khusus obat-obatan herbal. Cobalah untuk meneliti apakah benar di wilayah usaha anda itu banyak orang yang membutuhkan obat-obatan herbal? Kalau baru perkiraan saja, resikonya masih terlalu besar. Kalau ternyata perkiraan itu benar, anda beruntung. Tapi kalau salah? sulit bagi usaha anda untuk bisa berkembang. Peluang yang baik adalah peluang yang potensi pasarnya memang sudah jelas, bukan cuma asumsi atau perkiraan tanpa fakta yang jelas.

4. Tingkat persaingan belum terlalu ketat
Boleh jadi pasarnya memang besar. Fakta dilapangan, usaha-usaha yang sejenis dengan usaha yang akan anda jalankan memang cukup laku. Tapi jangan lupa, lihat juga tingkat persaingannya. Kalau memang sudah banyak pemain,apalagi cenderung sudah menjamur, sulit bagi pemain baru seperti anda untuk bisa mengambil untung. Karena sebelum anda masuk pun, sangat mungkin usaha itu memang sudah oversupply.

Misalnya, sudah sangat jelas kalau masyarakat sangat memerlukan pulsa telepon selular. Itu sudah pasti. Tapi sebelum anda benar-benar terjun berjualan pulsa, coba lihat, bahkan tetangga anda, teman kantor anda, banyak yang berjualan pulsa. Besok-besok mungkin ada lagi orang yang anda kenal ikut berjualan. Karena memang usaha pulsa ini sangat gampang dan tidak memerlukan modal besar, sehingga orang dengan mudah menjadi pemain dalam bisnis ini. Menurut saya, peluang seperti ini sebaiknya dilupakan saja.

5. Peluang usaha itu cukup memungkinkan untuk dijalankan dengan situasi dan kondisi anda sekarang.
Sejauh pengalaman saya, tidak semua usaha bisa dijalankan alakadarnya, asal jalan dulu. Sangat jarang usaha dengan cara ini bisa bertahan lama, apalagi sukses. Memang beberap orang pada akhirnya berhasil meraih kesuksesan meski pada awalnya menjalankan usaha seadanya. Tapi jumlahnya sangat sedikit. Mungkin satu diantara 100.000 orang.

Sebaiknya ambillah peluang-peluang yang memang cukup memungkinkan untuk bisa anda jalankan dengan kondisi anda sekarang. Kalau belum memungkinkan, tunda saja dulu, nanti kalau segalanya sudah memungkinkan, dan peluang itu masih bisa anda jalankan, baru anda boleh mewujudkannya.

Soal memungkinkan atau tidak memungkinkan ini tentunya menyangkut banyak segi, baik keuangan, kapasitas diri kita, dan bahkan juga kesiapan masyarakat. Dalam soal keuangan misalnya, apakah anda punya cukup modal untuk menjalankan usaha yang anda rencanakan? kalau tidak, apakah anda memiliki cukup banyak kenalan atau keluarga yang mempercayai anda sehingga mau membantu memenuhi kebutuhan modal anda? atau apakah anda punya cukup akses dan agunan yang bisa anda gunakan untuk mendapatkan kredit bank? kalau pun ada, apakah cukup aman bagi kehidupan keluarga anda bila kemudian ternyata anda gagal? atau dalam hal hal kapasitas diri anda, apakah anda memiliki cukup kemampuan untuk bersaing dengan pemain-pemain lama yang sudah sarat pengalaman dan keahlian?

Saya kira di sini yang penting adalah semampu apa kita mengukur kemampuan diri kita? Kalau anda merasa cukup mampu, tidak masalah. Tapi kalau secara objektif kemampuan kita belum memungkinkan. Sabar saja! :)

Saya kira dengan kelima kriteria di atas, kita dapat memperkecil resiko salah memilih peluang usaha yang layak untuk kita jalankan. Barangkali perlu kita ingat, menjalankan usaha yang tepat saja belum tentu berhasil dan menguntungkan, apalagi menjalankan usaha yang salah?

Read More..

Saturday, February 21, 2009

Belajar Dari Pengalaman Buruk

belajar dari pengalaman burukPosting kali ini masih merupakan potongan dari tulisannya mas Dwi Malistyo. Kali ini beliau berbagi tentang beberapa pengalaman buruk yang dialaminya sebagai seorang wirausahawan. Saya merasa penting untuk menyajikan tulisan beliau di sini karena apa yang beliau tulis sangat berguna bagi wirausahawan pemula yang baru memulai usaha mereka.


Pengalaman buruk beliau yang diungkapkan tersebut adalah akibat dari beberapa kesalahan yang memang seringkali dilakukan oleh para wirausahawan baru. Berikut adalah potongan artikel tersebut:

Beberapa Pengalaman Buruk Sebagai Bekal
Untuk anda yang baru memulai terjun sebagai pengusaha, jangan takut. Pertimbangkan berapa rupiah dan berapa lama anda melakukan uji coba dan menyerap pengalaman. Apakah uang sebanyak 2 juta rupiah dan waktu selama 6 bulan cukup untuk ajang belajar anda ? Kalau bulan ke 6 sudah mulai impas, teruskan bisnis. Jika masih merugi dan harus disubsidi terus, maka hentikan bisnis. Anda yang memilih kapan harus bangkrut. Jadi bangkrut bukanlah sesuatu yang memalukan. Sama wajarnya dengan
jatuh ketika belajar naik sepeda.

Di bawah ini ada beberapa daftar pengalaman buruk buat pemula. Dikompilasi agar anda tidak maju dengan pengalaman nol sama sekali.

a. Pembayaran dimuka.

Untuk pesanan-pesanan dalam jumlah agak besar, biasakan minta pembayaran dimuka. Misalnya anda menjadi pengusaha catering, minta client anda melunasi pembayaran 3 hari dimuka. Jangan anda yang menanggung pesanan, kemungkinan uang anda sulit ditagih setelah acara selesai.

Saya mengenal 2 orang pengusaha catering. Ini cerita nyata. Yang satu selalu tegas, meminta semua pembayaran dilunasi 3 hari dimuka, walaupun terhadap sahabatnya sendiri. Yang satunya mengijinkan pembayaran dibelakang. Alkisah, setelah 10 tahun berlalu, orang yang pertama masih bertahan dengan cateringnya. Dan malahan tumbuh pesat. Yang satunya rugi besar ketika beberapa temannya minta dibuatkan catering untuk pernikahan anaknya, dengan pembayaran dibelakang. Setelah pernikahan selesai, pembayaran tidak kunjung datang. Padahal pengusaha ini sudah pinjam sana-sini untuk menomboki ‘proyeknya’ ini sebesar belasan juta. Dan ini berlangsung berulangkali. Akhirnya pengusaha ini yang harus kabur karena tidak bisa melunasi pinjamannya.

Bedakan : teman adalah teman, bisnis adalah bisnis. Jangan dicampur !.
Ada lagi pelanggan sebuah toko kertas. Di bulan pertama orang ini membayar pesanan senilai Rp 1 juta dengan check. Langsung diuangkan oleh pemilik toko, dan cair. Maka esoknya kertas dikirimkan. Pesanan dengan check ini berlangsung baik selama 6 bulan. Bulan berikutnya, pelanggan ini datang dengan check senilai Rp 20 juta dan minta dikirimkan kertas hari itu juga. Tidak usah dicairkan dulu ke bank, khan sudah biasa ini. Selalu cair khan ? Karena percaya maka pesanan dikirim. Esoknya check ini kosong, dan perusahaan pelanggan itu sudah tidak ada lagi. Hati-hati dengan modus ini. Ini banyak terjadi.

b. Hati-hati dengan pegawai bagian penjualan.

Ketika anda merekrut satu atau dua orang untuk membantu penjualan anda, …hati-hati bila dia anda tempatkan sebagai karyawan di bagian penjualan. Bukan menakut-nakuti, hanya agar anda memiliki sikap waspada saja.

Teman saya membuka toko sandal dan sepatu di sebuah loss pasar. Setiap pagi si karyawan inilah yang membuka dan menutup toko. Pemiliknya hanya datang beberapa jam di siang hari. Beberapa bulan kemudian dia melihat bahwa tokonya tidak ada yang membeli, sementara toko sebelahnya laris. Setelah hampir bangkrut, barulah dia mengetahui bahwa si karyawan selalu menaikkan harga sendalnya Rp 5000. Dan uang ini masuk ke kantong karyawan. Si pemilik tidak pernah tahu, sebab hitungan sandal/sepatu dan uang yang masuk selalu benar, dan dia memasang harga sama dengan toko sebelah. Tapi pembeli merasa harga yang sudah di-mark-up itu cukup mahal, maka mereka menghindari beli di toko itu. Jangan percaya dulu dengan karyawan yang menjual dan memegang uang anda, sebaiknya andalah yang terjun di depan di masa-masa awal bisnis anda.

Dulu saya pernah memulai berjualan mie gerobak. Gerobaknya cuma satu, maklum baru belajar. Namun yang berjualan bukan saya atau isteri, tapi orang lain yang kami kenal dan kami gaji. Setelah 4 bulan, orang ini mengundurkan diri. Kami tidak tahu kenapa. Ternyata orang ini membuat gerobak sendiri, memakai resep kami, dan mengunjungi pelanggan-pelanggan mie kami. Ya khan dia yang dulu tahu daerah-daerah mana yang laku. Disitu saya belajar, bahwa orang yang memegang sales/marketing itu bisa powerful sekali. Harap anda bisa belajar dari pengalaman sederhana ini. Sebaiknya anda sendiri yang terjun memasarkan jika anda baru mulai berwirausaha.

c. Anda produsen, teman anda yang marketing.

Ada 2 orang yang beritikad untuk kerjasama. Satu yang memproduksi barang, satunya lagi punya koneksi banyak dan pintar mencari pasar. Hati-hatilah dengan kerjasama model begini, sebab anda yang produsen sangat bergantung kepada teman anda yang jago marketing. Apalagi anda berdua tidak terikat kontrak kerjasama. Sering terjadi pihak produsen sudah mengeluarkan banyak uang untuk alat-alat produksi. Setelah berjalan beberapa lama, teman anda mulai malas-malasan, atau yang parah adalah dia mencari partner lain yang bisa memasok barang dengan harga lebih murah. Anda ditinggalkan. Kalau anda tidak bisa mencari pasar, maka anda bangkrut dan berhenti. Saran saya, andalah yang harus berdiri dimuka menjual produk anda sendiri. Kuasai pasar anda, pahami pasar anda, maka anda akan berhasil.

d. Mencatut kiri-kanan

Kalau anda menjadi pengusaha, buka mata dan telinga anda. Pegawai anda yang baru bergabung dan tidak anda kenal adalah bahaya bagi anda. Saya mengenal orang yang pensiun dari pekerjaannya, dan uang tabungannya dibelikan dua buah angkot baru. Dia terjun ke bisnis angkutan umum tanpa mau belajar seluk-beluknya sama sekali. Dia mencari 2 orang supir yang mau menyetor sejumlah uang setiap hari. Baru dua bulan jalan, kedua supir ini minta keluar. Maka digantilah dengan supir lain. Yang membuat heran, sejak ganti supir, kedua angkotnya gampang mogok. Hampir tiap hari ada masalah.

Akhirnya setelah diperiksa ulang ke bengkel baru ketahuan bahwa supir-supir yang pertama menjual spare part di dalam angkot baru tadi, termasuk ke empat ban-nya. Dan diganti dengan spare part lama. Uang sisanya dikantongi. Maka sekarang kedua angkot ini berisi onderdil bekas yang gampang hancur. Karena angkotnya mogok terus, saya mendengar pengusaha ini sekarang gulung tikar.

Saya pernah menjual mie ayam di kawasan Depok. Penjualnya kenalan baik yang perlu ditolong. Karena saya sudah punya beberapa pengalaman buruk, maka saya bisa berhati-hati. Dalam 2 bulan pertama, mie saya laku keras. Pelanggan bertambah tiap hari. Tapi lama-kelamaan pelanggan mulai menghilang. Kami melakukan pemeriksaan mendadak. Akhirnya kami ketahui bahwa bumbu dan daging ayam yang kami kirim tiap pagi, dipakai makan oleh keluarga mereka. Dan untuk jualan diganti dengan bakso lembek yang murah. Maka jelaslah bahwa kualitas turun, dan pelanggan tidak mau datang lagi. Jadi bukan hanya uang yang bisa dicatut, bumbu dan makanan juga bisa dicatut. Kalau anda punya pegawai, pikirlah selalu, dibagian manakah wilayah yang bisa dicatut ? Ibu saya adalah pengusaha catering. Dia selalu ngotot untuk belanja sendiri di pasar pada waktu subuh. Katanya, wilayah belanja inilah yang paling rawan catutan. Dan disinilah daerah dimana modal bisa ditekan agar untung semakin tinggi. Maka dia tidak pernah mempercayakan hal belanja ini kepada orang lain.

e. Sistem penagihan yang ketat

Jika anda masuk ke bisnis sewa, kredit kecil-kecilan, kos-kosan, usahakan agar penagihan bulanan anda rapi, ketat dan teratur. Jika anda lalai beberapa bulan saja, maka bisnis anda mungkin bisa berantakan dan harus mulai dari awal. Saya pernah mengelola bisnis hosting internet yang tingkat persaingannya tinggi, dimana pelanggan membayar sewa tiap bulan dalam jumlah kecil. Karena kelalaian saya, maka ada beberapa puluh pelanggan yang lupa ditagih karena saat itu saya menggunakan metode manual. Akibatnya, ketika ditagih, mereka malahan pindah ke provider lain dan menolak tagihan saya. Lebih untung pindah ke pengusaha lain daripada membayar saya beberapa bulan di belakang. Saya rugi kehilangan beberapa puluh pelanggan tadi.
Read More..

Mencari dan Menemukan Ide Usaha

ide usahaBerwirausaha adalah salah satu upaya 'mencari uang' yang paling potensial. Konon, kebanyakan orang kaya mengumpulkan kekayaannya lewat jalur ini.

Untuk berwirausaha, langkah paling pertama, dan sangat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam berwirausaha adalah mencari dan menemukan ide usaha yang tepat. Meski ide usaha yang tepat belum berarti anda bisa berhasil, tetapi salah memilih ide usaha akan berarti kegagalan, cepat atau lambat.

Dalam posting kedua ini saya ingin memperkenalkan anda pada metode sederhana utuk menemukan ide usaha yang layak untuk dijalankan. Metode ini dikemukakan oleh Dwi Malistyo,ST di blognya: blog.dwim.web.id. Ikuti beberapa langkah berikut untuk menentukan ide usaha yang akan anda jalankan:
  1. Dalam 5 menit, coba tuliskan 30 usaha yang anda kenal dan anda suka mengerjakannya. Misalnya, rumah makan sunda, biro iklan, pabrik krupuk, MLM, distro,dsb.
  2. Selanjutnya, dalam daftar tadi, cari usaha-usaha yang sudah dikerjakan oleh orang-orang dilingkungan sekitar anda. Coret bisnis-bisnis itu!
  3. Kemudian, cari juga usaha-usaha yang sudah terlalu menjamur dari daftar anda. Coret juga usaha-usaha tersebut.
  4. Dari sisanya, pilih satu saja yang paling anda sukai. Inilah ide usaha yang akan kita analisis lebih jauh lagi.
Hitung Modal, Keuntungan, dan Bleeding Time
Buat daftar apa saja kebutuhan usaha anda itu. Misalnya kalau anda mau membuka warung nasi, anda akan memerlukan tempat berjualan, alat masak, piring, gelas, meja, kursi, dll. Hitung perkiraan biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Inilah modal investasi yang anda butuhkan.
  1. Tuliskan biaya-biaya operasional yang harus dikeluarkan setiap hari (cost harian). Misalnya kalau anda hendak menjual 50 porsi makanan setiap hari, maka, misalnya, anda perlu membeli bahan makanan yang akan dijual, beras, upah pegawai per hari, dll. Jumlahkan semua untuk menentukan cost harian. Lalu kalikan sebulan untuk menentukan cost bulanan.
  2. Sebuah usaha sangat mungkin belum menghasilkan keuntungan pada bulan-bulan awal, perkirakan berapa lama usaha anda ini boleh merugi (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, setahun?). Lalu kalikan cost bulanan anda tadi dengan masa rugi usaha anda itu (kalau 3 bulan, kalikan 3, kalau setahun kalikan 12). Tambahkan jumlah cost selama masa rugi ini dengan modal investasi anda. Hasilnya adalah modal awal yang anda perlukan untuk memulai usaha.
  3. Buat perkiraan rasional, berapa keuntungan yang akan anda peroleh dari bisnis anda tersebut, setelah masa rugi berakhir? (misalnya masa ruginya 3 bulan, berapa keuntungan yang akan anda peroleh pada bulan keempat? 1 jt? 2 jt? 4 jt? 8 jt? Lihatlah apakah tingkat keuntungan yang akan anda peroleh itu cukup sesuai dengan perjuangan anda selama 3 bulan?
  4. Buat kesimpulan: apakah menurut anda usaha itu cukup layak dan memungkinkan untuk anda perjuangkan.
  5. Terakhir, kalau menurut perhitungan usaha anda itu sangat layak dan memungkinkan, pertimbangkan apakah usaha anda itu memerlukan badan hukum atau tidak?
What's Next?
Ada dua kemungkinan:
  • Bila berdasarkan hitung-hitungan anda, ide usaha yang ingin anda jalankan itu tidak cukup layak dan atau kurang memungkinkan untuk dijalankan, ulangi proses pehitungan modal, keuntungan, dan bleending time, untuk usaha lain dalam sisa daftar anda.
  • Bila berdasarkan hitung-hitungan anda, ternyata usaha tersebut sangat layak dan memungkinkan untuk dilaksanakan, langkah selanjutnya tentu saja mulai memperjuangkannya!
Sangat mudah dan sederhana kan?

Oh ya, kalau anda mempunyai metode atau cara lain, sangat baik jika anda mau berbagi dengan kami di sini...
Read More..