Saturday, February 21, 2009

Belajar Dari Pengalaman Buruk

belajar dari pengalaman burukPosting kali ini masih merupakan potongan dari tulisannya mas Dwi Malistyo. Kali ini beliau berbagi tentang beberapa pengalaman buruk yang dialaminya sebagai seorang wirausahawan. Saya merasa penting untuk menyajikan tulisan beliau di sini karena apa yang beliau tulis sangat berguna bagi wirausahawan pemula yang baru memulai usaha mereka.


Pengalaman buruk beliau yang diungkapkan tersebut adalah akibat dari beberapa kesalahan yang memang seringkali dilakukan oleh para wirausahawan baru. Berikut adalah potongan artikel tersebut:

Beberapa Pengalaman Buruk Sebagai Bekal
Untuk anda yang baru memulai terjun sebagai pengusaha, jangan takut. Pertimbangkan berapa rupiah dan berapa lama anda melakukan uji coba dan menyerap pengalaman. Apakah uang sebanyak 2 juta rupiah dan waktu selama 6 bulan cukup untuk ajang belajar anda ? Kalau bulan ke 6 sudah mulai impas, teruskan bisnis. Jika masih merugi dan harus disubsidi terus, maka hentikan bisnis. Anda yang memilih kapan harus bangkrut. Jadi bangkrut bukanlah sesuatu yang memalukan. Sama wajarnya dengan
jatuh ketika belajar naik sepeda.

Di bawah ini ada beberapa daftar pengalaman buruk buat pemula. Dikompilasi agar anda tidak maju dengan pengalaman nol sama sekali.

a. Pembayaran dimuka.

Untuk pesanan-pesanan dalam jumlah agak besar, biasakan minta pembayaran dimuka. Misalnya anda menjadi pengusaha catering, minta client anda melunasi pembayaran 3 hari dimuka. Jangan anda yang menanggung pesanan, kemungkinan uang anda sulit ditagih setelah acara selesai.

Saya mengenal 2 orang pengusaha catering. Ini cerita nyata. Yang satu selalu tegas, meminta semua pembayaran dilunasi 3 hari dimuka, walaupun terhadap sahabatnya sendiri. Yang satunya mengijinkan pembayaran dibelakang. Alkisah, setelah 10 tahun berlalu, orang yang pertama masih bertahan dengan cateringnya. Dan malahan tumbuh pesat. Yang satunya rugi besar ketika beberapa temannya minta dibuatkan catering untuk pernikahan anaknya, dengan pembayaran dibelakang. Setelah pernikahan selesai, pembayaran tidak kunjung datang. Padahal pengusaha ini sudah pinjam sana-sini untuk menomboki ‘proyeknya’ ini sebesar belasan juta. Dan ini berlangsung berulangkali. Akhirnya pengusaha ini yang harus kabur karena tidak bisa melunasi pinjamannya.

Bedakan : teman adalah teman, bisnis adalah bisnis. Jangan dicampur !.
Ada lagi pelanggan sebuah toko kertas. Di bulan pertama orang ini membayar pesanan senilai Rp 1 juta dengan check. Langsung diuangkan oleh pemilik toko, dan cair. Maka esoknya kertas dikirimkan. Pesanan dengan check ini berlangsung baik selama 6 bulan. Bulan berikutnya, pelanggan ini datang dengan check senilai Rp 20 juta dan minta dikirimkan kertas hari itu juga. Tidak usah dicairkan dulu ke bank, khan sudah biasa ini. Selalu cair khan ? Karena percaya maka pesanan dikirim. Esoknya check ini kosong, dan perusahaan pelanggan itu sudah tidak ada lagi. Hati-hati dengan modus ini. Ini banyak terjadi.

b. Hati-hati dengan pegawai bagian penjualan.

Ketika anda merekrut satu atau dua orang untuk membantu penjualan anda, …hati-hati bila dia anda tempatkan sebagai karyawan di bagian penjualan. Bukan menakut-nakuti, hanya agar anda memiliki sikap waspada saja.

Teman saya membuka toko sandal dan sepatu di sebuah loss pasar. Setiap pagi si karyawan inilah yang membuka dan menutup toko. Pemiliknya hanya datang beberapa jam di siang hari. Beberapa bulan kemudian dia melihat bahwa tokonya tidak ada yang membeli, sementara toko sebelahnya laris. Setelah hampir bangkrut, barulah dia mengetahui bahwa si karyawan selalu menaikkan harga sendalnya Rp 5000. Dan uang ini masuk ke kantong karyawan. Si pemilik tidak pernah tahu, sebab hitungan sandal/sepatu dan uang yang masuk selalu benar, dan dia memasang harga sama dengan toko sebelah. Tapi pembeli merasa harga yang sudah di-mark-up itu cukup mahal, maka mereka menghindari beli di toko itu. Jangan percaya dulu dengan karyawan yang menjual dan memegang uang anda, sebaiknya andalah yang terjun di depan di masa-masa awal bisnis anda.

Dulu saya pernah memulai berjualan mie gerobak. Gerobaknya cuma satu, maklum baru belajar. Namun yang berjualan bukan saya atau isteri, tapi orang lain yang kami kenal dan kami gaji. Setelah 4 bulan, orang ini mengundurkan diri. Kami tidak tahu kenapa. Ternyata orang ini membuat gerobak sendiri, memakai resep kami, dan mengunjungi pelanggan-pelanggan mie kami. Ya khan dia yang dulu tahu daerah-daerah mana yang laku. Disitu saya belajar, bahwa orang yang memegang sales/marketing itu bisa powerful sekali. Harap anda bisa belajar dari pengalaman sederhana ini. Sebaiknya anda sendiri yang terjun memasarkan jika anda baru mulai berwirausaha.

c. Anda produsen, teman anda yang marketing.

Ada 2 orang yang beritikad untuk kerjasama. Satu yang memproduksi barang, satunya lagi punya koneksi banyak dan pintar mencari pasar. Hati-hatilah dengan kerjasama model begini, sebab anda yang produsen sangat bergantung kepada teman anda yang jago marketing. Apalagi anda berdua tidak terikat kontrak kerjasama. Sering terjadi pihak produsen sudah mengeluarkan banyak uang untuk alat-alat produksi. Setelah berjalan beberapa lama, teman anda mulai malas-malasan, atau yang parah adalah dia mencari partner lain yang bisa memasok barang dengan harga lebih murah. Anda ditinggalkan. Kalau anda tidak bisa mencari pasar, maka anda bangkrut dan berhenti. Saran saya, andalah yang harus berdiri dimuka menjual produk anda sendiri. Kuasai pasar anda, pahami pasar anda, maka anda akan berhasil.

d. Mencatut kiri-kanan

Kalau anda menjadi pengusaha, buka mata dan telinga anda. Pegawai anda yang baru bergabung dan tidak anda kenal adalah bahaya bagi anda. Saya mengenal orang yang pensiun dari pekerjaannya, dan uang tabungannya dibelikan dua buah angkot baru. Dia terjun ke bisnis angkutan umum tanpa mau belajar seluk-beluknya sama sekali. Dia mencari 2 orang supir yang mau menyetor sejumlah uang setiap hari. Baru dua bulan jalan, kedua supir ini minta keluar. Maka digantilah dengan supir lain. Yang membuat heran, sejak ganti supir, kedua angkotnya gampang mogok. Hampir tiap hari ada masalah.

Akhirnya setelah diperiksa ulang ke bengkel baru ketahuan bahwa supir-supir yang pertama menjual spare part di dalam angkot baru tadi, termasuk ke empat ban-nya. Dan diganti dengan spare part lama. Uang sisanya dikantongi. Maka sekarang kedua angkot ini berisi onderdil bekas yang gampang hancur. Karena angkotnya mogok terus, saya mendengar pengusaha ini sekarang gulung tikar.

Saya pernah menjual mie ayam di kawasan Depok. Penjualnya kenalan baik yang perlu ditolong. Karena saya sudah punya beberapa pengalaman buruk, maka saya bisa berhati-hati. Dalam 2 bulan pertama, mie saya laku keras. Pelanggan bertambah tiap hari. Tapi lama-kelamaan pelanggan mulai menghilang. Kami melakukan pemeriksaan mendadak. Akhirnya kami ketahui bahwa bumbu dan daging ayam yang kami kirim tiap pagi, dipakai makan oleh keluarga mereka. Dan untuk jualan diganti dengan bakso lembek yang murah. Maka jelaslah bahwa kualitas turun, dan pelanggan tidak mau datang lagi. Jadi bukan hanya uang yang bisa dicatut, bumbu dan makanan juga bisa dicatut. Kalau anda punya pegawai, pikirlah selalu, dibagian manakah wilayah yang bisa dicatut ? Ibu saya adalah pengusaha catering. Dia selalu ngotot untuk belanja sendiri di pasar pada waktu subuh. Katanya, wilayah belanja inilah yang paling rawan catutan. Dan disinilah daerah dimana modal bisa ditekan agar untung semakin tinggi. Maka dia tidak pernah mempercayakan hal belanja ini kepada orang lain.

e. Sistem penagihan yang ketat

Jika anda masuk ke bisnis sewa, kredit kecil-kecilan, kos-kosan, usahakan agar penagihan bulanan anda rapi, ketat dan teratur. Jika anda lalai beberapa bulan saja, maka bisnis anda mungkin bisa berantakan dan harus mulai dari awal. Saya pernah mengelola bisnis hosting internet yang tingkat persaingannya tinggi, dimana pelanggan membayar sewa tiap bulan dalam jumlah kecil. Karena kelalaian saya, maka ada beberapa puluh pelanggan yang lupa ditagih karena saat itu saya menggunakan metode manual. Akibatnya, ketika ditagih, mereka malahan pindah ke provider lain dan menolak tagihan saya. Lebih untung pindah ke pengusaha lain daripada membayar saya beberapa bulan di belakang. Saya rugi kehilangan beberapa puluh pelanggan tadi.

No comments:

Post a Comment